Our Sponsors

Sabtu, 10 Desember 2011

Secret part 2

  Tidak lagi, sudah cukup aku bertahan. Ku mohon cukup sampai disini. Tak ada lagi yang bisa kulakukan, sekecil apapun hal itu. Tertawa, tersenyum, memandang, untuk menangispun aku sudah tidak mampu. Begitu berat cobaan ini. Jika memang aku masih diberi harapan, biarkan aku untuk bernafas tenang. Tapi jika memang tidak, aku pasrah padamu ya tuhan...  
^^^
      Memandangi balon yang terbang, memang suatu keindahan di hidupku. Tiga balon yang melayang di udara itu memberikanku harapan, apalagi mengingat pesan yang kutulis di secarik kertas dan kugantungkan di balon itu. Aku memang harus kuat menjalani hidup ini. Jika nanti aku sudah memiliki seorang pangeran, pasti lebih indah memandangi balon itu bersamanya. Ah, pikiranku mulai mengada – ada. Terasa lelah di tubuh ini setelah berdiri terlalu lama. Ku ambil sebuah novel dan duduk bersandar di sebuah pohon. Begitu indah hari ini karena aku masih bisa merasakan udara yang segar.
      “permisi..” ku alihkan perhatianku dari novel. Ku dapatkan seorang lelaki berdiri sambil memegang balon di tangannya.
      “ya, maaf ada apa?”
      “apakah ini milikmu?” tanya lelaki itu sambil mengulurkan tangan yang memegang balon.
      “ne, wae?”
      “balonmu tersangkut di mukaku”
      “mianhae, tapi aku menerbangkannya ke arah sana” aku bingung, bagaimana bisa balon ini ada ditangannya. Jelas jelas aku melihat balon itu terbang dan hilang di langit.
      “yah mungkin balon ini tertiup angin” dia tersenyum. “boleh aku duduk?”
      “oh ne, boleh, silahkan” aku tergagap melihat senyum lelaki itu yang begitu manis. Matanya membuatku tenang. Tutur katanya sungguh dewasa. Dia bagaikan... ah khayalanku kembali datang. Tapi dia bagaikan malaikat :))
      “kau percaya keinginanmu akan terkabulkan dengan balon ini?”
      “bagaimana kau bisa tau? Kau membacanya?” tanyaku heran.
      “ne, kau ingin seorang malaikat hadir di hidupmu bukan?”
      “ya..” satu harapanku terbongkar. Apa kesannya terhadapku? Mungkin dia akan berpikiran bahwa aku adalah gadis yang aneh. Gadis yang masih mempercayai mitos. Ah, sudahlah.
      “malaikat? Apa mungkin seorang malaikat akan datang kepadamu? Apa ada malaikat yang membaca suratmu dan langsung menghampirimu? Kau lucu sekali. Haha..” dasar orang yang tidak suka menghargai perbuatan orang lain.
      “ya mungkin saja itu terjadi. Pesan itu akan dikirimkan ke Tuhan, dan Tuhan akan mengirimkan seorang malaikat ke hidupku untuk menjagaku sampai batas waktu yang ditentukan”
      “batas waktu? Apa maksudmu?”
      “suatu saat nanti aku pasti akan berpisah dengan malaikat itu” aku tersenyum simpul.
      “wae?” dia heran menatapku.
      “karena aku akan menemui malaikatku yang lain. Kau mengerti?” aku membalas tatapannya. Mata itu sangat mudah membuatku tersenyum.
      “eobseum” mata itu terlihat heran.
      “babo!!”
      Kim Ryeowook, lelaki yang usianya dua tahun lebih tua dariku itu memang sosok lelaki yang dewasa. Aku menyukainya. Perkenalanku dengannya memang terasa lama. Tapi, aku belum mendapatkan latar belakang kehidupannya. Setiap kali aku bertanya, dia malah balik bertanya tentang kehidupanku. Satu hal yang tidak kuceritakan padanya. Hal ini memang berat bagiku untuk kubeberkan kepada siapapun. Penderitaanku selama ini.
      Ini hari pertamaku bersamanya, tapi aku sudah merasa dekat dengannya. Sifatnya yang tidak bisa diam membuat kami tidak kehabisan bahan pembicaraan. Memang menarik bisa mengenal dia. Aku merasa aman berada disampingnya. Apakah dia adalah lelaki idamanku? Tapi tidak mungkin. Bagaimana bisa, jika kisah hidupnya saja aku tidak tahu. Tapi jika memang perasaan ini menyukainya, aku sangat memohon kepada Tuhan untuk bisa memberikanku kekuatan. Agar aku bisa terus bersama dia tanpa harus kehilangannya.
^^^
      Sreeeekkk...
      Aku terbangun dari mimpi indahku. Kukerjapkan mataku untuk beberapa kali. Cahaya matahari yang menembus jendela kamarku membuat mataku silau. Aroma pagi hari yang sangat basah memberikanku secercah harapan untuk bisa menghabiskan waktuku hari ini dengan senyuman. Aku berusaha berdiri dan menyeret kaki ini mendekati jendela, walau bagiku itu sangat susah.
Begitu beruntungnya aku bisa mendapatkan kamar ini, sebuah kamar yang jendelanya langsung menghadap ke taman belakang rumah sakit. Sehingga aku bisa menikmati suasana pagi hari yang begitu indah.
      Seorang suster masuk ke kamarku dengan membawa sarapanku pagi ini. “annyeong...” sapa suster itu dengan begitu ramah. Aku hanya membalas dengan sebuah senyuman. “Ini sarapanmu hari ini, dihabiskan”
      “kamsa” suster itu meletakkan makanannya diatas meja dan berbalik lalu pergi meninggalkanku.
      Kapan aku bisa terbebas dari penjara ini? Aku menyesal sewaktu aku kecil cita citaku ingin menjadi seorang dokter yang baik hati. Seharusnya aku bermimpi untuk bisa menjadi seorang penulis saja, agar aku bisa puas berimajinasi.
      Duug..
      Astaga! Ini kembali terulang untuk kesekian kalinya. Jantungku kembali sakit, nafasku kembali sesak, tangan dan kakiku kembali gemetar, dan mata ini kembali gelap. Bukan hal mudah untuk melaluinya, ini benar benar sakit. Jika sudah begini aku tidak mampu untuk berjerit meminta tolong sekalipun. Aku terduduk dalam tangisku, sesungguhnya aku begitu lemah.
      Terasa tubuh ini diangkat oleh seseorang. Nafasku masih tidak beraturan, sehingga aku masih sulit untuk bernafas. Seseorang memasangkanku tabung oksigen. Meskipun aku tidak bisa melihat apa yang mereka kerjakan, tapi aku bisa mengetahuinya dari suara seorang lelaki yang begitu cemas. Suara itu tidak asing bagiku, ah dia ryeowook oppa. Untuk apa dia datang ke kamarku?
      Dengan perlahan mataku sudah kembali fokus untuk melihat. Pertama kali yang tertangkap oleh mataku adalah Ryeowook oppa yang duduk dipinggirku sambil tersenyum ketika aku menoleh ke arahnya. Lalu seketika senyum itu hilang dan digantikan dengan ekspresi wajah yang sangat menakutkan.
      “hey! Kenapa dirimu saeng?” dia bertanya seakan akan ingin memakanku.
      “ah.. aku tidak apa apa oppa, kau kenapa bisa ada disini?”
      “kau tak perlu tahu, kau berbohong padaku, kenapa kau tidak mau bercerita tentang masalah ini?” kembali dia mulai mengomel.
      “ini bukan apa apa, aku sehat sehat saja kok” mencoba untuk terlihat tegar itu memang sulit, seperti apa yang kulakukan saat ini. “oppa, kau mau berjanji untuk tidak memarahiku lagi?” aku memasang muka yang begitu memelas agar pintu hatinya dapat terbuka untuk tidak memarahiku. Kalau sudah begini dia seperti seorang ibu yang sedang memarahi anaknya yang tidak pernah mau memakan obat.
      “yah baiklah, padahal hari ini aku mau mengajakmu untuk pergi” dia mengambil secangkir cokelat panas lalu meminumnya perlahan. Sebaiknya dia memberikanku cokelat itu bukan untuk diminumnya.
      “mwo? Kau tidak melihat keadaanku? Kau mau mengajakku pergi? Apa kau ingin melihatku tersungkur di tengah jalan karena penyakit ini?”
      “itu hanya sekedar rencana, yah karena kondisimu kurang baik, aku batalkan saja” kembali dia menyeruput cokelat panas itu.
      “oppa, aku mau yang kau minum itu” aku menunjuk segelas cangkir yang masih mengepulkan asap.
      Dia terlihat bingung dengan sikapku yang seolah olah seperti adik kecil yang sedang bermanja kepada seorang kakaknya. “ini?” ia mengangkat cangkir itu untuk lebih memastikan.
      “ne!”
      Dia memberikanku secangkir cokelat panas itu kepadaku. Harum udara musim gugur dan dinginnya cuaca di musim gugur membuatku enggan untuk mengambil gelas itu. Melihat aku yang tengah bermalas untuk mengambil dan meminum sendiri, ryeowook oppa mengantarkan minuman itu langsung ke mulutku. Tangannya yang tengah memegang gelas itu terasa lembut ketika ia membersihkan sisa cokelat yang menempel di bibirku.
      “gumawo oppa”
      “cheonmaneyo! Aku harus pergi untuk bertemu dengan atasanku sekarang, kuharap kau bisa menjaga dirimu sendiri” dia membenahi syal yang sedari tadi tergantung di lehernya.     
      “baiklah oppa, aku bukan anak kecil lagi”
      “kau mau berjanji padaku untuk tidak turun dari ranjang sampai kau benar benar pulih?”
      “ne!” aku tersenyum. Aku melihat dia mengayunkan kakinya menuju pintu. Sebelum dia benar – benar pergi, dia berbalik dan memberikanku sebuah senyum yang mampu menguatkan jiwaku. Kemudian dia benar – benar pergi sambil menutup pintu dengan perlahan. Terasa hampa ruangan ini, ruangan yang sudah sekitar lima bulan aku tempati. Disini hanya ada aku dan beberapa suster yang bersedia untuk menemaniku. Entah bagaimana aku harus menjelaskan tentang keluargaku. Yang pasti mereka belum mengetahui masalah ini, aku tak bisa membayangkan jika mereka mendapat kabar jika aku sedang dirawat di rumah sakit.
      Berdiam diri di sebuah kamar membuatku lelah. Melihat langit – lagit ruangan ini mengingatkanku kepada langit yang sedang terbentang luas di luar sana. Aku masih bisa merasakan rasa cokelat panas yang tadi kuminum bersama ryeowook oppa. Hembusan semilir angin musim gugur membuatku tenang. Dinginnya udara membuat hidungku terasa dingin. Dan terkadang aku mengeluarkan asap dari mulutku ketika aku menghembuskan nafas. Tapi inilah yang aku sukai. Aku menunggu setiap tahunnya untuk bisa merasakan indahnya musim gugur.
      Tuhan, izinkan aku untuk bisa merasakan keindahan kuasamu di tahun depan. Tak ada yang lebih indah selain musim gugur di hidupku. Aku rela menggantikan semua kebahagiaanku untuk bisa merasakan musim gugur di tahun depan. Silahkan kau ambil semua kebahagian yang aku miliki. Tapi hanya satu permohonanku, aku ingin engkau bersedia untuk melepaskan satu malaikat dari sisimu untukku. Aku berharap kepadamu agar aku bisa terus bersama malaikat itu. Aku meminta kepadamu untuk bisa selalu tersenyum bersama malaikatmu. Hanya itu, terima kasih ya Tuhan :)
^^^
      Terdengar percakapan antara seorang suster dan seorang lelaki di luar kamarku. Yah, secara tidak sengaja aku mendengarkannya. Disini yang aku dengar lelaki itu meminta izin kepada suster untuk bisa mengajak seorang pasien pergi keluar. Dengan diberi iming – iming seperti tidak lebih dari empat jam, atau apalah, akhirnya suster itu memberikan izin.
      Pintu kamarku dibuka oleh seseorang, aku terkejut sehingga aku menumpahkan sedikit susu dari cangkir yang dari tadi aku pegang. Ryeowook oppa keluar dari balik pintu dan menyapaku dengan begitu gembiranya.
      “annyeong saeng” dia menggosokkan kedua tangannya satu sama lain. Ia terlihat seperti kedinginan.
      “ah iya annyeong.. kau sudah sarapan oppa?” entah mengapa pagi ini aku merasa badanku sedikit lebih ringan daripada hari sebelumnya.
      “ne, sudah. Cepat kau habiskan sarapanmu. Aku sudah meminta izin kepada suster untuk mengajakmu pergi sebentar”
      “ne araso! Kita mau pergi kemana?”
      “kau ini banyak tanya. Pali!”
      Aku memang tidak memerlukan banyak persiapan. Hanya dengan menggunakan jeans, baju hangat, sarung tangan dan sebuah topi, aku sudah siap untuk pergi bersama Ryeowook oppa. Aku merasakan detak jantungku sungguh tak beraturan. Aku merasa seperti, yah aku sedikit merasa bahagia. Untuk hari ini aku bisa tersenyum dengan tenang.
      Setelah bersiap – siap, aku segera menemui Ryeowook oppa yang sedari tadi menungguku sambil membuka – buka album foto milikku. Ia menoleh kehadapanku, dan tersenyum. Matanya terlihat begitu indah, senyumnya terlihat begitu menawan, dan wajahnya terlihat begitu menenangkan. Aku suka dengan aroma parfum yang ia pakai, seperti wangi di musim gugur.
      “are you ready?”
      “of course oppa” jawabku dengan penuh kepastian.
      Dia mengajakku ke suatu tempat yang memang sebelumnya belum pernah aku kunjungi. Yang pertama kulihat adalah sebuah pohon besar yang sangat rimbun dan terlihat benar – benar berdiri dengan kokoh. Ia menarik tanganku menghampiri pohon besar itu, dan ia duduk dibawahnya. Aku segera duduk disampingnya.
      Sejak keluar dari kamar di rumah sakit tadi sampai saat ini, dia belum mengeluarkan sepatah kata pun. Dan bahkan suaranya bernafas pun tidak dapat kutangkap. Aku merasa canggung untuk memulai percakapan. Yah mungkin sebaiknya aku memulai percakapan ini dengan berdeham saja.
      “ehem...” aku dengan sengaja berdeham dengan keras agar dia sadar tidak ada pembicaraan di antara kami. Lalu dia menoleh ke arahku, senyumnya kembali mengembang. Dan lagi lagi cahaya yang begitu indah tersirat di kedua bola mata yang indah itu. Oh tuhan, dia benar – benar makhlukmu yang paling indah.
      Tatapan itu memang tidak lama, hanya beberapa detik saja. Kemudian ia memalingkan wajah dariku menatap lurus ke depan. Ketika aku akan menoleh ke arah yang sama dengannya, aku merasa kepalaku kembali sakit. Dan aku juga merasakan sesak untuk bernafas. Dengan berjuang keras aku menghirup udara dengan sekali tarikan nafas. Aku merasakan udara itu masuk ke dalam dadaku dengan putus – putus. Mataku terpejam. Hembusan dari mulutku terasa hangat. Hidungku terasa dingin karena angin di musim gugur. Bibirku terasa gemetar. Dan pikiranku hanya membayangkan satu wajah, yaitu Ryeowook oppa.
      Kepala ini terasa berat, sehingga aku dengan setengah sadar menyandarkan kepalaku ke bahu Ryeowook oppa. Memang tidak ada reaksi darinya akan hal itu. Tapi kehangatan darinya membuatku benar – benar merasa tenang dan damai. Wangi parfumnya menyatu dengan wangi musim gugur yang sedari tadi kuhirup dengan susah payah. Kelopak mataku terasa berat untuk dibuka. Masih tidak terdengar dari mulutnya sepatah kata pun. Begitu hening, sehingga aku masih bisa mendengar jantungku berdegup begitu keras.
      Ryeowook oppa memasangkan headset ketelingaku. Ia memutar lagu SM The Ballad – Miss You, tanpa kesengajaan aku ikut bernyanyi dalam alunan lagu itu.  Nae sarangi jejariro oji mothago heullin noonmool mankeum muhlli ganeyo. Naneun ijuhyahajyo geudae nuhmoo geuriwuh nareul apeuge haljineun mollado ijuhyo...
      Tiba tiba... aku sulit sekali untuk bernapas, lebih sulit dari yang biasanya terjadi. Terdapat cahaya dalam pengelihatanku, cahaya yang begitu terang, aku masih sadar jika mata ini masih tertutup. Dan mungkin memang inilah saatnya tuhan harus mengambil jiwa ini dari raga yang sudah rapuh. Aku tak ada daya untuk menolak, aku pasrah. Hidupku sudah sangat berharga bagiku, dan aku tidak lagi menyesal dengan semua ini. Di akhir nafasku, aku sungguh bahagia Ryeowook oppa berada disampingku. Di akhir nafasku, aku sungguh bahagia karena aku memiliki kesempatan untuk melihat senyum itu untuk terakhir kalinya. Terima kasih tuhan... saranghae oppa <3

Epilog:
      Disini aku berada, bersama seorang penjaga yang telah menjemputku dari dunia nyata. Aku melihat diriku sendiri bersandar di sebuah pohon tempat aku dan Ryeowook oppa duduk dibawahnya. Yang saat itu ia sedang tersenyum memandang ke arah langit. Ia mengeluarkan secarik kertas dan menorehkan sesuatu diatasnya. Lalu ia mengeluarkan sebuah balon berwarna putih transparan. Kertas tadi ia gantungkan dibawah balon dan ia terbangkan ke angkasa. Aku kembali teringat awal perkenalanku dengannya. Balon yang ia terbangkan seakan akan adalah kiriman darinya untukku. Ketika aku membaca kertas yang tergantung pada balon itu, terdapat tulisan ‘mission complete’. Aku kembali memandang Ryeowook oppa. Sungguh takjub ketika aku melihat sayap dipunggungnya seketika keluar, dan pancaran sinar menyinarinya. Yah, aku menemukan jawabannya, ia adalah seorang malaikat yang dikirimkan untukku. Hanya untukku.

Sekian...

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management